Untuk Ayah di "Hari"mu..
PUISI UNTUK AYAH
Pada puisi ijinkan aku ayah
Bercerita tentang gerimis yang
Mengiringi kepergianmu
Atau hujan yang membasahi pilar nisanmu
Pohon kamboja mulai meranggas
Meski bunga kecil berteduh di bawah daun-daun kering
(Puisi ini untuk Mengenang enam tahun Kepergian Abu Tercinta dan puisi ini pernah dimuat di majalah SABILI tahun 2001, Semoga semangatmu selalu menjelma dalam tubuh kami anakmu.)
Pada puisi aku datang ayah
Bukan hendak menggugat takdir kematianmu
Atau menghujat sangat pemilik maut
Kali ini ingin aku katakan
Kepergianmu adalah pelajaran tanpa kamus
Perenungan panjang untuk dipahami
Bahwa hidup adalah pembuktian
Tuk wujudkan syukur dan sabar
Ketika harus menjalani skenarioNya
Pada puisi aku akan kembali menemui ayah
Lewat goresan pena
Yang mengajariku tentang arti kematian
Bila esok telah kutemukan
Muara kasihNya tak bertepi
Akan kuceritakan kembali
Sepuluh malam kepergianmu
Dan sepuluh bunga yang masih berteduh
Di bawah pohon-pohon kamboja
Oleh : Nur Atik Kasim
Hari ini Ayah, alm. berulang tahun, entah apa yang bisa aku berikan padamu.. bahkan untuk menulis pun hampir-hampir tak bisa, dan aku pun akhirnya mengambil tulisan orang untuk aku simpan di sini..
ada hal-hal yang pasti tak pernah terlupakan, belum sempat lagi aku meminta maaf atas segala salah.. aku yang hampir tak pernah bisa akur denganmu, aku yang kadang tak peduli dengan kabarmu, dan aku juga yang hampir tak pernah mengikuti apa yang kau inginkan.
apakah bisa aku ada sedang kau tak ada, aku siap dalam ketidak-siapanku.. aku tak bisa menggantikan apa yang kau miliki, aku tak bisa merubah apa yang aku miliki sebagai dirimu.. sebenarnya, aku belum siap, dan mungkin tak kan pernah siap..
maafkan aku karna tetap tak bisa memberikan apapun bagimu..
Selamat Ulang Tahun, Ayah..
Pada puisi ijinkan aku ayah
Bercerita tentang gerimis yang
Mengiringi kepergianmu
Atau hujan yang membasahi pilar nisanmu
Pohon kamboja mulai meranggas
Meski bunga kecil berteduh di bawah daun-daun kering
(Puisi ini untuk Mengenang enam tahun Kepergian Abu Tercinta dan puisi ini pernah dimuat di majalah SABILI tahun 2001, Semoga semangatmu selalu menjelma dalam tubuh kami anakmu.)
Pada puisi aku datang ayah
Bukan hendak menggugat takdir kematianmu
Atau menghujat sangat pemilik maut
Kali ini ingin aku katakan
Kepergianmu adalah pelajaran tanpa kamus
Perenungan panjang untuk dipahami
Bahwa hidup adalah pembuktian
Tuk wujudkan syukur dan sabar
Ketika harus menjalani skenarioNya
Pada puisi aku akan kembali menemui ayah
Lewat goresan pena
Yang mengajariku tentang arti kematian
Bila esok telah kutemukan
Muara kasihNya tak bertepi
Akan kuceritakan kembali
Sepuluh malam kepergianmu
Dan sepuluh bunga yang masih berteduh
Di bawah pohon-pohon kamboja
Oleh : Nur Atik Kasim
Hari ini Ayah, alm. berulang tahun, entah apa yang bisa aku berikan padamu.. bahkan untuk menulis pun hampir-hampir tak bisa, dan aku pun akhirnya mengambil tulisan orang untuk aku simpan di sini..
ada hal-hal yang pasti tak pernah terlupakan, belum sempat lagi aku meminta maaf atas segala salah.. aku yang hampir tak pernah bisa akur denganmu, aku yang kadang tak peduli dengan kabarmu, dan aku juga yang hampir tak pernah mengikuti apa yang kau inginkan.
apakah bisa aku ada sedang kau tak ada, aku siap dalam ketidak-siapanku.. aku tak bisa menggantikan apa yang kau miliki, aku tak bisa merubah apa yang aku miliki sebagai dirimu.. sebenarnya, aku belum siap, dan mungkin tak kan pernah siap..
maafkan aku karna tetap tak bisa memberikan apapun bagimu..
Selamat Ulang Tahun, Ayah..
0 Comments:
Kommentar veröffentlichen
<< Home